300x250 AD TOP

Sabtu, 19 November 2016

Tagged under:

Review Jurnal PENERAPAN ALGORITMA GENETIK PADA PERMAINAN CATUR JAWA



    Review dari Jurnal :

Saputro, Nico. 2003. PENERAPAN ALGORITMA GENETIK  PADA PERMAINAN CATUR JAWA. Bandung:  Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universtas Katolik Parahyangan.


1.     Bidang yang dikembangkan

Pengembangan untuk mengimplementasikan kecerdasan buatan atau AI pada permainan yang melibatkan dua orang, secara khusus disini di implementasikan di permainan catur jawa dengan algoritma minimax.



2.     Masalah

Seringkali ketika kita bermain permainan yang melibatkan dua orang atau istilahnya game untuk berduel adu kemampuan antara 2 orang kita menemukan lawan yang terlalu mudah,  Karena melawan sesama manusia sudah tidak menantang lagi Karena sering terjadi human error atau kecerobohan dalam melangkah di permainan





3.     Solusi

Untuk mengatasi kecerobohan dalam permainan atau human error tersebut maka dibuatlah kecerdasan buatan yang dapat menjalankan algoritma sesuai permainan, yang dapat menentukan langkah mana yang terbaik untuk diambil agar bisa memenangkan permainan secepat mungkin.



4.     Evaluasi

Dengan metode Alpha-beta cutoff dapat digunakan untuk membuat game dengan mode 1 lawan 1 seperti catur, tic tac toe dan lain lain. Hal ini sangat bagus mengingat saat ini trend membuat game sedang naik daun. Dengan kemajuan teknologi serta pemahaman yang cukup dengan algoritma ini dapat dikembangkan lagi game yang lebih kompleks sehingga selain menyenangkan untuk dimainkan, game tersebut juga dapat melatih logika pemainnya.



5.     Kontribusi / Manfaat

Player yang memiliki tingkat kecerdasan lebih dari rata rata sekarang mempunyai lawan yang seimbang dalam bermain sehingga dapat membuat permainan lebih  menantang.



6.     Good  :

·         Permainan lebih menantang

·         Tidak adanya human error seperti melanggar aturan

·         Algoritma Genetik memiliki sifat kokoh

·         keseimbangan antara efisiensi dan efektifitas

·         system memiliki daya adaptasi yang tinggi

Bad  :

·         Permainan menjadi kurang seru

·         Sekali menang maka akan menang terus

·         Kelemahan algoritma Minimax yaitu tidak mampu memroses data dengan ukuran masukan yang besar, karena proses untuk membangun pohon pencarian dangan algoritma ini memiliki kompleksitas algoritma eksponensial. Maka dari itu, diperlukan optimasi dalam algoritma ini agar tidak semua simpul dibangkitkan



Senin, 25 April 2016

Tagged under:

Six Sigma



NPM : 16114979

Six Sigma adalah alat manajemen yang diciptakan untuk menggantikan total quality manajemen. Six sigma juga disebut sebagai system komprehensif yang maksudnya adalah strategi, disiplin ilmu dan alat untuk mencapai dan mendukung kesuksesan berbisnis.

Six Sigma sebagai alat ukur
Six sigma adalah alat ukur untuk mengetahui kinerja mana yang lebih baik diantara dua proses atau lebih yang berbeda.. ketika anda menghasilkan produk, semakin sedikit produk cacat yang anda buat maka sigma levelnya akan semakin tinggi.
Sigma    Cacat dalam Prosentase                cacat dalam sejuta kesempatan
1                              69%                                                   691,462
2                              31%                                                   308,538
3                              6.7%                                                   66,807
4                              0.62%                                                    6,210
5                              0.023%                                                    233
6                              0.00034%                                                   3.4

Six Sigma sebagai metodologi
Six sigma menyediakan metodologi yang dikenal dengan sebutan DMAIC. Maksud dari DMAIC adalah :
D = Define, adalah memvalidasi masalah
M = Measure, adalah mengukur masalah
A = Analyze, adalah mencari akar masalah
I = Improve, adalah menentukan prioritas dan mengimplementasikan solusi dari masalah yang tervalidasi
C = Control, adalah menjaga agar solusi yang sudah di implementasikan berjalan dengan baik agar permasalahan yang lama tidak muncul kembali.

Six Sigma sebagai Sistem Manajemen
Six Sigma dalam konteks system manajemen berfokus pada 4 area, yaitu :
  • Memahami siapa pelanggan dan kebutuhannya
  • Menyelaraskan strategi dan proses inti dalam memenuhi kebutuhan
  • menggunakan detail dari analisa data untuk memahami dan meminimalisir variasi pada proses inti
  • infrastruktur yang kuat untuk menjamin jalannya aktifitas perbaikan dalam organisasi dapat melaju bebas hambatan
Satu kunci dari inovasi Six Sigma mencakup profesionalitas dari quality management function. Sebelum kemunculan Six Sigma, quality management pada penerapannya terdegradasi secara besar-besaran ke arah produksi dan ahli statistic dalam quality department yang terpisah. Program Six Sigma yang resmi mengadaptasikan terminologi ranking (mirip seperti beberapa sistem bela diri) untuk menentukan hierarki (dan jalur karir) yang melibatkan semua lini bisnis.
Six Sigma mengidentifikasikan beberapa peranan untuk mencapai implementasi yang sukses.

  • Executive Leadership, melibatkan CEO dan anggota lain dari managemen tingkat atas. Mereka bertanggung jawab untuk mengatur visi dari implementasi Six Sigma. Mereka juga memberdayakan pemegang peranan lain dengan kebebasan dan sumber daya untuk mengeksplorasi ide-ide baru agar improvement tercipta secara menyeluruh
  • Champions, bertanggung jawab atas implementasi Six Sigma di seluruh organisasi dengan cara yang terintegrasi. Executive Leadership memberikan gambaran kepada champions dari atas manajemen. Champions juga berperan sebagai mentor dari Black Belts.
  • Master Black Belts, diidentifikasi oleh champions, berperan sebagai pelatih in-house di Six Sigma. Mereka menyediakan 100% waktunya untuk Six Sigma. Mereka membantu champions dan membimbing Black Belts serta Green Belts. Disamping tugas yang terkait dengan statistik, mereka menghabiskan waktu mereka untuk memastikan aplikasi yang konsisten dari Six Sigma secara menyeluruh di berbagai function dan departemen.
  • Black Belts,  bekerja di bawah Master Black Belts untuk mengaplikasikan metodologi Six Sigma pada proyek spesifik.
  • Green Belts, karyawan yang melakukan implementasi Six Sigma di seluruh tugas yang berada dalam tanggung jawab mereka.
Design For Six Sigma (DFSS) adalah sebuah metodologi manajemen bisnis proses yang berhubungan dengan Six Sigma tradisional. DFSS memiliki tujuan untuk menentukan kebutuhan dari customer dan bisnis serta mengarahkan kebutuhan tersebut ke dalam produk sehingga terciptalah suatu solusi.
DFSS ini juga terkadang sering disamakan dengan DMADV (Define Measure Analyze Design Verify). Berbeda dengan DMAIC (Define Analyze Improve Control) Six Sigma tradisional, DFSS atau DMADV berjuang untuk menghasilkan sebuah proses yang sebelumnya tidak ada atau ketika suatu proses yang sudah ada dianggap tidak memadai dan harus diganti.
urutan yang tepat agar DFSS dapat terlaksana dengan baik? Mari kita bahas satu per satu.
  1. New product introduction, mencakup pemilihan dari konsep bisnis untuk memenuhi kebutuhan baru
  2. Define, permulaan dari project DFSS secara nyata
  3. Customer, tahap dimana customer telah diidentifikasi secara maksimal dan kebutuhan mereka telah dianalisa.
  4. Concept, tim mengambil konsep yang disediakan oleh bisnis untuk produk atau service baru dan memulai untuk menyempurnakan konsep untuk ‘paper design’ yang digunakan.
  5. Design, tim menyerahkan desain mentah dan para desainer menyempurnakan pekerjaan tersebut menggunakan semua CTP sebagai petunjuk dan evaluator untuk memastikan desain tersebut sempurna
  6. Implement, mencakup piloting dan refining
  7. Handover, setelah diimplementasikan secara penuh, maka produk atau service dan proses pendukung dapat diserahkan kepada pemilik proses yang baru.
referensi : sixsigmaindonesia.com/

Selasa, 22 Maret 2016

Tagged under:

Contoh nyata metode yang diigunakan untuk meningkatkan proses menjadi keystep pada six stigma


NPM :16114979

Konsep dasar Six Sigma banyak sekali diambil dari Total Quality Management (TQM) dan Statistical Process Control (SPC). Six Sigma merupakan sebuah metodologi terstruktur untuk memperbaiki proses yang difokuskan pada usaha mengurangi variasi proses (process variances) sekaligus mengurangi cacat (produk/jasa yang diluar spesifikasi) dengan menggunakan statistik dan problem solving tools.

1. Define
Define adalah penetapan sasaran dari aktivitas peningkatan kualitas Six Sigma. Pada bidang operasional sasaran tersebut dapat berupa penurunan tingkat produk cacat dan biaya operasional serta peningkatan output produksi dan produktivtas.

2. Measure
measure merupakan tahap dimana melakukan pemetaan proses, pengevaluasian sistem pengukuran dan menaksir kemampuan baseline kinerja dalam perusahaan.

3.Analisis
merupakan tahap dimana perusahaan harus mencari dan memahami mengapa produk-produk cacat dapat terjadi. Pada tahap ini, perusahaan melalui Six Sigma mereka, mencari input mana saja yang mempengaruhi kualitas output.

4. Improve
Pada langkah ini ditetapkan suatu rencana tindakan untuk meningkatkan kualitas Six Sigma. Tim peningkatan kualitas harus mengetahui target yang harus dicapai,

5. Control
Pada tahap ini hasil-hasil peningkatan kualitas didokumentasikan dan disebarluaskan, praktek-praktek terbaik yang sukses dalam meningkatkan proses distandarsasikan dan disebarluaskan,

Masalah : Sebuah perusahaan produk peternakan mengalami kehilangan di 100 kiosnya
analisis six sigma : Masalah tersebut berawal dari panen apel yang selalu di salahsatu apel tersebut ada yang cepat membusuk. Apel yang cepat membusuk tersebut disimpan di tempat yang sama dengan apel apel lainnya, sehingga kebusukan pada apel pertama menular ke apel lainnya. mengetahui hal tersebut, perusahaan tersebut kemudian melakukan penyimpanan apel dengan membungkusnya terpisah atau 1 per satu jadi masalah tersebut pun terpecahkan.

Referensi :
http://anita-widynugroho.blogspot.co.id/2011/03/six-sigma.html
Tagged under:

Contoh nyata 5 domain pada Information Technolody Infrastructure Library


NPM : 16114979

ITIL atau Information Technology Infrastructure Library adalah suatu rangkaian dengan konsep dan teknik pengelolaan infrastruktur, pengembangan, serta operasi teknologi informasi (TI).

1. Service Strategy
merupakan panduan untuk penerapan ITSM mengenai cara memandang konsep dari ITSM bahwa bukan hanya sebagai kemampuan organisasi tetapi juga sebagai sebuah aset strategis perusahaan.

Proses proses yang terjadi dalam service strategy :
  1. Service Portofolio Management
  2. Financial Management
  3. Demand Management

Contoh

2. Service Design
merupakan panduan untuk organisasi TI agar dapat secara sistematis dan best practice mendesain dan membangun layanan TI maupun penerapan ITSM itu sendiri. Service Design mengandung prinsip dan metode atau cara desain untuk mengubah tujuan-tujuan strategis organisasi TI dan bisnis menjadi portofolio/koleksi layanan TI serta aset-aset layanan, seperti server, storage dan sebagainya.

Proses proses yang terjadi dalam service design :
  1. Service Catalog Management
  2. Service Level Management
  3. Supplier Management
  4. Capacity Management
  5. Availability Management
  6. IT Service Continuity Management
  7. Information Security Management
Contoh "

3. Service Transition
Merupakan panduan untuk organisasi TI agar dapat mengembangkan kemampuan untuk mengubah hasil desain layanan TI baik yang baru maupun layanan TI yang diubah spesifikasinya ke dalam lingkungan operasional. Tahapan lifecycle ini merupakan gambaran bagaimana sebuah kebutuhan dalam Service Strategy kemudian dibentuk dalam Service Design untuk selanjutnya diwujudkan dalam Service Operation.

Proses proses yang terjadi dalam service transition :
  1. Transition Planning and Support
  2. Change Management
  3. Service Asset & Configuration Management
  4. Release & Deployment Management
  5. Service Validation
  6. Evaluation
  7. Knowledge Management
4. Service Operation

Merupakan tahapan lifecycle yang mencakup semua kegiatan operasional harian pengelolaan layanan-layanan TI. Di dalamnya terdapat berbagai panduan pada bagaimana mengelola layanan TI secara efisien dan efektif serta menjamin tingkat kinerja yang telah diperjanjikan dengan pelanggan sebelumnya. Panduan-panduan ini mencakup bagaiman menjaga kestabilan operasional layanan TI serta pengelolaan perubahan desain, skala, ruang lingkup serta target kinerja layanan TI. 

Proses-proses yang dicakup dalam Service Transition yaitu:
  1. Event Management
  2. Incident Management
  3. Problem Management
  4. Request Fulfillment
  5. Access Management
Contoh :




5. Continual Service Improvemen 
Continual Service Improvement (CSI) memberikan panduan penting dalam menyusun serta memelihara kualitas layanan dari proses desain, transisi dan pengoperasiannya. CSI mengkombinasikan berbagai prinsip dan metode dari manajemen kualitas, salah satunya adalah Plan-Do-Check-Act (PDCA) atau yang dikenal sebagi Deming Quality Cycle